Saat ini, penyakit thalassemia merupakan penyakit genetika yang paling banyak di Indonesia. Frekuensinya terus meningkat dengan penderita sekitar 2000 orang per tahun. Walupun begitu, masyarkat tidak menaruh perhatian yang cukup besar terhadap penyakit yang sudah menjadi salah satu penyakit genetika terbanyak ini. Hal ini disebabkan karena gejala awal dari penyakit sangat umum seperti anemia dan muntah-muntah. Padahal gejala akhir yang ditimbulkan akan sangat fatal jika tidak ditangani secara akurat, cepat, dan tepat. untuk melihat selengkapnya silahkan klik download disini
Loading
Rabu, 24 Agustus 2011
Saat ini, penyakit thalassemia merupakan penyakit genetika yang paling banyak di Indonesia. Frekuensinya terus meningkat dengan penderita sekitar 2000 orang per tahun. Walupun begitu, masyarkat tidak menaruh perhatian yang cukup besar terhadap penyakit yang sudah menjadi salah satu penyakit genetika terbanyak ini. Hal ini disebabkan karena gejala awal dari penyakit sangat umum seperti anemia dan muntah-muntah. Padahal gejala akhir yang ditimbulkan akan sangat fatal jika tidak ditangani secara akurat, cepat, dan tepat.
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. MORTALITAS
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian.
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian pada fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia berasal dari berbagai sumber yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/ Susenas dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB.
Menurut BPS Indikator Kesejahteraan Anak 2000, AKB di Propinsi Kalimantan Tengah pada tahun tersebut sebesar 36/ 1000 KH dan meningkat pada tahun 2002-2003 (SDKI) menjadi 40/ 1000 KH. Berdasarkan kompilasi profil tahun 2005, jumlah kelahiran dilaporkan sebesar 37.853, bayi lahir mati 216 dan kematian bayi sebesar 179 (Tabel IIS 5).
2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka Kematian Ibu Maternal diperoleh dari berbagai survei yang dilakukan secara khusus. Dengan dilaksanakannya Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi lebih luas dibanding wilayah sebelumnya.
Untuk melihat kecenderungan AKI di Indonesia secara konsisten maka digunakan data hasil SKRT, AKI menurun dari 425 pada tahun 1992 menjadi 373 pada tahun 1995. Pada tahun 2002-2003 AKI menjadi 307 yang diperoleh dari hasil SDKI. Walaupun angka ini terus menurun namun bila dibandingkan dengan target nasional yang akan dicapai pada tahun 2010 yaitu 125 per 100.000 kelahiran hidup, maka apabila penurunannya seperti tahun-tahun sebelumnya, dipekirakan target tersebut akan sulit tercapai. Propinsi Kalimantan Tengah masih mengikuti angka nasional yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kompilasi data profil pada tahun 2005 ada 44 kematian ibu maternal dan ini meningkat dari tahun 2004 dengan kematian ibu sebanyak 16 orang. Data kematian ibu maternal ini dapat dilihat pada tabel IIS 6.
3. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)
Penurunan Angka Kematian Bayi sangat berpengaruh pada kenaikan umur harapan hidup (UHH) waktu lahir. Angka Kematian Bayi sangat peka terhadap perubahan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan umur harapan hidup (UHH) pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat.
Umur harapan hidup waktu lahir penduduk Kalimantan Tengah dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang bermakna. Umur harapan hidup Kalimantan Tengah sedikit lebih tinggi dibanding dengan angka nasional yaitu 69,51 dan 71,98 untuk Kalimantan Tengah (BPS, Indikator Kesra Kalimantan Tengah 2002).
B. MORBIDITAS
Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang dapat diperoleh dengan melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota maupun dari data sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.
1. Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan dalam profil ini adalah Penyakit Malaria, TB Paru, HIV/ AIDS , Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Kusta.
1.a. Penyakit Malaria
Penyakit malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, perkembagan penyakit malaria dipantau melalui annual parasite incidence (API), dari hasil SPM dari Kabupaten/ Kota penderita Malaria yang diobati sebesar 91% dari target yang seharusnya 100% (Tabel SPM 31).
1.b. Penyakit TB Paru
Menurut hasil Surkesnas 2001, TB Paru menempati urutan ke 3 penyebab kematian umum (9,4%), selain menyerang paru, Tuberculosis dapat menyerang organ lain (extra pulmonary). Dari data SPM yang berhasil dikumpulkan menunjukkan kasus BTA + sebanyak 1.545 orang, diobati sebanyak 1.942 orang dan sembuh sebanyak 1.301 orang (Tabel SPM 13).
1.c. Penyakit HIV/ AIDS
Peningkatan penyakit HIV/ AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/ AIDS.
Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi, yaitu adanya prevalensi lebih dari 5% pada sub populasi tertentu, misal pada kelompok pekerja seksual komersial dan penyalahgunaan NAPZA. Tingat epidemi ini menunjukkan tingkat perilaku berisiko yang cukup aktif menularkan di dalam suatu sub populasi tertentu.
Jumlah penderita HI/ AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es, yaitu jumlah penderita dilaporkan jauh lebih kecil dari pada jumlah sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah penderita HIV/ AIDS di Indonesia yang sebenarnya belum diketahui secara pasti. Diperkirakan jumlah orang dengan HIV di Indonesia pada akhir tahun 2003 mencapai 90.000 – 130.000 orang. Sementara Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2004 (Depkes RI, 2006) melaporkan jumlah kumulatif kasus HIV/ AIDS sebanyak 4.605 kasus. Sesuai dengan Sensus tahun 2000 kumulatif kasus AIDS per 100.000 penduduk secara nasional sebesar 0,68. Cara penularan AIDS yang terbesar adalah melalui hubungan heteroseksual yaitu 50,62%, melalui suntikan yang ada kaiannya dengan NAPZA sebesar 26,26% serta melalui hubungan homoseksual sebesar 9,34%.
Upaya yang dilakukan dalam rangka pemberantasan penyakit HIV/ AIDS disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan diarahkan pada upaya pemantauan dan pengobatan penderita penyakit menular seksual (PMS).
Dari hasil Sero Survei HIV/AIDS yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi terlihat adanya peningkatan kasus dari 2002-2004 namun sedikit menurun pada tahun 2005.
Tabel 1
Hasil Sero Survei HIV/ AIDS 2002-2005
Propinsi Kalimantan Tengah
No | Kab/ | 2002 | 2003 | 2004 | 2005 | ||||
Sampel | (+) | Sampel | (+) | Sampel | (+) | Sampel | (+) | ||
1 | Kotawaringin Barat | 838 | 5 | 392 | 6 | 412 | 4 | 415 | 7 |
2 | Sukamara | | | 55 | 0 | 69 | 1 | 98 | 4 |
3 | Lamandau | | | 45 | 2 | 56 | 0 | 40 | 1 |
4 | Kotawaringin Timur | 209 | 1 | 194 | 2 | 193 | 6 | 201 | 9 |
5 | Palangka Raya | 101 | 0 | 101 | 1 | 214 | 12 | 160 | 1 |
6 | Seruyan | | | | | 25 | 0 | | |
7 | Barito Selatan | | | | | 11 | 0 | | |
8 | Barito Utara | 73 | 0 | 64 | 0 | 90 | 1 | 82 | 1 |
9 | Katingan | | | 102 | 2 | 108 | 3 | 46 | 0 |
TOTAL | 1.221 | 6 | 953 | 13 | 1.178 | 27 | 1.042 | 23 |
Langganan:
Postingan (Atom)